25 July 2011

KENAPA HARUS RENDAH DIRI?

Di dalam gubuk bambu suka dukaku
di sini kudendangkan sejuta rasa
Kupasrah dan berdoa tak putus asa
suatu saat nanti nasib berubah


Syair lagu dangdut di atas pernah populer saat dinyanyikan Meggi Z. Isinya sederhana, tentang seorang yang tidak pernah putus asa berusaha, walaupun berbagai masalah terus membayang di belakangnya.

Yang jelas, semua orang pastilah mempunyai masalah. Entah besar ataupun kecil. Bahkan, yang lebih parah, tidak sedikit orang yang hidupnya terus dibayangi oleh masa lalu yang buruk. Akibatnya, trauma berkepanjangan yang menjangkiti orang itu, membuatnya minder dan tidak percaya diri lagi.

Tidak sedikit pula, seorang anak merasa rendah diri karena ditimpa berbagai masalah. Entah masalah yang menyangkut dirinya, dengan orang terdekat, atau orang yang ada di sekelilingnya.

Sebagai salah satu contoh, seorang anak merasa sering rendah diri apabila dirinya dan keluarganya mempunya cacat dan aib. Misalnya, ibunya pernah menjadi pelacur atau mantan pelacur, orang tuanya seorang pemabuk, terjerat narkoba, koruptor, sakit jiwa, dan lain-lain.

Tidak mudah memang kembali ke kondisi normal. Yang jelas aib dan cacat itu akan terus mengikutinya. Berbagai cara pun dilakukan untuk menanggulanginya, seperti dengan menutupi, menghindar, bahkan melupakannya sama sekali.

Dalam hubungan percintaan, sikap traumatis seperti itu tentu saja mempunyai dampak yang cukup dahsyat. Misalnya, seorang cowok atau cewek yang bapaknya koruptor, tentu akan merasa rendah diri dan minder jika ingin mendekati lawan jenisnya.

Begitu pun sebaliknya, mereka yang tahu kalau si X adalah anaknya bandar narkoba, tentu akan pikir-pikir untuk mendekatinya. Walaupun dalam kenyataannya, si X itu cantiknya bukan kepalang dengan perangai yang sangat halus, atau jika dia ganteng, cewek-cewek akan menjerit histeris jika mendapat senyuman darinya.

Ternyata susah juga ya jatuh cinta...

Jalu, seorang teman saya yang keturunan Betawi asli, pernah bilang dengan logatnya yang kental; “Buah mah jatuhnya kagak jauh dari puunnye. Kalo babehnya tukang maling, anaknye juga bakalan ketularan jadi maling.”

Perkataan Jalu tadi, sebenarnya bisa benar, bisa juga tidak. Artinya tidak bisa dipukul rata kepada semua orang. Buktinya, teman saya yang kini mendekam di penjara karena kasus pembunuhan, adalah anak seorang kiai yang sangat dihormati. Padahal, waktu kecil saya dan dia bareng-bareng ngaji kepada bapaknya. Jadi, saya tahu persis pintarnya teman saya itu. Makanya, saya cukup tercengang juga saat mendengar dia masuk penjara.

Alhasil, perkataan Jalu tadi jangan kita anggap seratus persen benar. Persoalan sikap dan kelakuan seseorang, tidak hanya ditentukan berdasarkan keturunan, tetapi ada banyak faktor lain yang juga berpotensi mengubahnya.

Salah seorang teman saya (maaf, saya tidak berani untuk menyebutkan namanya! Tapi untuk memudahkan, saya sebut saja dia si Mr!) pernah curhat sekaligus minta bantuan kepada saya.

Kata si Mr, dia baru saja putus hubungan dengan pacarnya. Sebagai seorang cowok, dia jelas merasa sangat sakit hati diputuskan oleh ceweknya. Apalagi, alasan pemutusan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan aktivitas pacaran keduanya.

“Memangnya apa alasan cewek lu?” tanya saya penuh selidik.

“Cewek gue tau, kalo bokap gue pernah dipenjara. Makanya dia mutusin gue,” jawab Mr dengan mimik muka yang sangat sedih. “Padahal, bokap gue dipenjara kan karena difitnah orang,”

“Terus lu udah bantah alasan cewek lu itu?”

Si Mr hanya mengangguk lemah, “Tapi dia tetap nggak percaya dengan semua penjelasan dan omongan gue. Dia menganggap, selama ini gue udah bohongin dia,”

Saya cukup bingung juga menanggapinya. Makanya, saya mendenguskan napas berat sambil mencoba mencari ide terbaik untuk membantu menyelamatkan hubungan teman saya itu.
“Padahal, aib itu yang bikin gue ketakutan selama ini. Bayang-bayang kalo bokap gue pernah dipenjara, bikin gue minder ngelakuin sesuatu. Yang bikin gue tambah sedih, orang tua cewek gue tau semua latar belakang gue. Makanya, mereka ngusir gue....”

“Ngusir lu?!” tanya saya dengan kaget.

“Waktu itu, gue datang ke rumah cewek gue untuk ngajak dia balikan lagi. Ternyata, orang tuanya langsung ngusir gue gitu....”

Saya kembali mendenguskan napas dengan berat. Sejujurnya, saya bingung juga membantunya. Mungkin, kalau saya berada di posisi si Mr, saya juga akan semakin kebingungan untuk menyelesaikannya.

Makanya, untuk sekadar menenangkan dan membangkitkan semangat si Mr, saya mencoba mengajaknya untuk tetap santai dan berpikir jernih.

“Nggak usah terlalu diambil hati, man. Orang yang punya latar belakang masalah kayak lu sangat banyak. Bahkan, yang lebih pelik dari masalah lu, juga nggak sedikit. Jadi, lu tenang saja, cewek masih banyak kok. Dan, gue yakin banget, banyak yang masih mau sama lu,” ucap saya panjang pendek dengan penuh ekspresi.

Entah termakan ucapan saya, atau sekedar basa-basi untuk menyenangkan hati saya, si Mr manggut-manggut setelah mendengar ucapan saya. Setelah itu, saya melihatnya termenung cukup lama. Seolah-olah sedang mencerna semua ucapan yang telah saya keluarkan tadi.

“Orang justru akan bangga, kalo mereka melihat lu menjadi yang paling baik, walaupun lu punya segudang aib dan cela,” lanjut saya.

“Makasih, man....” ucap si Mr lirih dengan mimik wajah yang masih menyiratkan kesedihan.

Makanya, kalau kamu punya latar belakang masalah yang cukup pelik di belakang kamu, hal yang harus dilakukan adalah; tidak minder atau rendah diri. Kalau ibu kita pernah menjadi pelacur atau mantan pelacur, ortu kita pemabuk, terjerat narkoba, dipenjara karena menjadi koruptor, sakit jiwa, dan lain-lain, tetaplah tegar dengan tetap menjadi diri sendiri yang baik.

Bagaimanapun, tunjukkan kepada mereka, kalau kita sebenarnya tidaklah seburuk yang mereka duga. Kalau boleh saya memprotes ucapan Jalu, “Jika pohon menjatuhkan buahnya, lantas buah itu terbawa angin atau air, tentu buah itu akan jatuh tidak lagi di bawah pohon induknya.”

So, jangan takut untuk mencintai dan dicintai oleh seseorang yang kita cintai.

Selanjutnya..
 

blogger templates | Make Money Online